Faedah membaca Sholawat
*Shalawat Maktsurah*
shalawat Maktsurah ialah Sholawat yg di ajarkan langsung oleh Rosululloh Saw. Shalawat tersebut tidak diberikan nama. Kemudian untuk membedakan antara shalawat maktsurah yang satu dengan lainnya, para ulama memberikan nama yang disesuaikan dengan kata-kata atau makna yang terkandung didalamnya.
Nama-nama shalawat MAKTSURAH yang diberikan oleh para ulama, antara lain shalawat Ibrahimiyah, shalawat Umm dan lain sebagainya.
1. Shalawat Ibrahmiyah.
Nama Ibrahimiyah diambil karena didalam redaksi shalawat tersebut terdapat penjelasan bahwa shalawat Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya, (paling tidak) setara dengan pemberian shalawat dan kesejahteraan-Nya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim As dan keluarganya.
Shalawat Ibrahimiyah – sebagaimana kesepakatan para ulama - merupakan penjelas utama dan pokok tentang makna, maksud dan tujuan shalawat yang diperintahkan oleh Allah Swt dalam ayat 56 surat al-Ahzaab. Artinya bentuk shalawat (berkah dan salam) Allah Swt yang dicurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, (paling tidak) seluas dan sebanyak shalawat-Nya yang dicurahkan kepada Nabi Ibrahim As beserta keturunannya. Sebab kepada Rasulullah Saw, Allah Swt senantiasa bershalawat, sedangkan kepada Nabi Ibrahim As, Allah Swt bershalawat hanya saat itu saja. Dengan demikian, jika terdapat susunan shalawat ( صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: Allah telah bershalawat dan bersalam kepadanya [Nabi Muhammad] atau dengan redaksi lain, yang tanpa disertai redaksi كَمَاصَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ : sebagaimana Engkau (Allah) bershalawat kepada Nabi Ibrahim), maknanya tetap terkandung bahwa shalawat yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang diberikan kepada Nabi Ibrahim As beserta keluarganya.
Redaksi shalawat Ibrahimiyah yang diajarkan oleh Rasulullah Saw tidaklah hanya satu redaksi saja, akan tetapi banyak macam-macam redaksi. Dan jika dipahami secara sekilas macam-macam redaksi tersebut, tampak hampir berlainan kandungan maknanya. Namun, para ulama mengatakan; bahwa perbedaan tersebut bersifat bahasa saja bukan pada esensi makna. Karena antara shalawat Ibrahimiyah yang satu dengan lainnya, sifatnya sebagai penjelas makna kepada redaksi shalawat MAKTSURAH secara umumnya. Dan pula hukum pengamalan shalawat ibrahimiyah yang satu dengan shalawat ibrahimiyah lainnya adalah sama. Artinya secara umum, tidak ada yang lebih utama diantara beberapa macam shalawat ibrahimiyah tersebut, maupun redaksi shalawat maktsurah lainnya.
Bermacam-macam redaksi shalawat Ibrahimiyah yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. Misalnya, antara lain :
a) Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata : Kami bertanya : Wahai Rasulullah, bagaimana cara bershalawat kepadamu ?. Beliau Saw menjawab : Katakanlah:
أَللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمَّد وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمَّد كَمَاصَلَّيْتَ عَلَى إبْرَهِيْمَ وَعَلَى أَلِ إبْرَهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَالسَلاَمُ كَمَاقَدْ عَلِمْتُمْ.
Ya Allah sampaikan shalawat-Mu kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, dan berkahilah Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau bershalawat kepada keluarga Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Sedangkan salam (kepada-Ku) kamu semua telah mengetahuinya. [32]
Redaksi shalawat diatas terdari dari :
- Penyempurnaan pemberian shalawat dengan pemberian barakah.
- disertai pujian kepada Allah Swt (إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ = Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia).[33]
- penyataraan shalawat yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang diterima oleh Nabi Ibrahim As dan keluarganya.
Rasulullah Saw menjelaskan tentang keberadaan dan kadudukannya ditengah-tengah kehidupan ummat manusia. Penambahan dan penjelasan keberadaannya oleh Rasulullah Saw sendiri, dapat memberikan pemahaman tujuan shalawat. Yakni sebagai jalan untuk memahami keagungan serta kemulyaan kedudukan Rasulullah Saw. Dan karenanya, memberikan inspirasi kepada para ulama untuk mengulas dan menambah sifat-sifat lain (seperti al-Hadi/ pembawa hidayah, as-Syafi’/ penolong ummat, al-Mushtafa/ terpilih, al-Habib/ paling dikasihi Allah Swt, al-Jami’/ pengumpul ummat, dan sifat lainnya) yang dimiliki oleh Rasulullah Saw,
Didalam kitab al-Ghunyah-nya Syeh Abdul Qadir Jailani Ra, dalam juz I pada “kitab haji” bab 8, diterangkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : Barang siapa yang mengucapkan shalawat (ainul wujud) : [46].
اللهمَّ صلِّ على رُوحِ مُحَمَّدِ فِي الأرْوَاحِ وَعَلى جَسَدِ مُحَمَّدٍ فِي الأجْسَادِ وَعَلَى نُورِ .... إلخ
Dan dalam hadis hadis dengan redaksi lain, diceritakan bahwa Rasulullah Saw bersabda : [47] Barang siapa membaca shalawat :
اللهمَّ صلِّ على رُوحِ مُحَمَّدِ فِي الأرْوَاحِ وَعَلى جَسَدِ مُحَمَّدٍ فِي الأجْسَادِ وَعَلَى نُورِ مُحَمَّدٍ فِي الأَنْوَار....., رَأَنِي فِي مَنَامِهِ وَرَأَنِي يَومَ القِيَامَةِ, وَمَنْ رَأَنِي يَومَ القِيَامَةِ شَفَّعْتُ لَهُ وَمَنْ شَفَّعْتُ لَهُ شَرِبَ مِنْ حَوضِي وَحَرَمَ اللهُ جَسَدَهُ فِي النَارِ.
akan melihat aku dalam tidurnya dan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang melihat aku dihari kiamat, maka Aku akan memberikan syafaat kepadanya. Dan barang siapa yang Aku mensyafaatinya, maka ia akan minum telagaku dan Allah mengharamkan jasadnya dalam neraka.
AL Habib Umar Bin Salim Al Hafidz Mendawuhkan : Seandainya kita tak mampu berlomba dengan orang - orang sholeh dalam hal kebaikannya, mari kita berlomba dengan para pendosa dalam Bersholawat kepada Rosulullaah SAW.
YAA SAYYIDII YAA ROSULULLAAH
Imam Al-Ghazali meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang lupa membaca shalawat kepada Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam-.
Lalu pada suatu malam ia bermimpi melihat Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam- yang tidak mau menoleh kepadanya, ia pun lalu bertanya; “Ya Rasulallah, apakah engkau marah kepadaku?” Beliau menjawab, “Tidak.”
Dia pun bertanya lagi, “Lalu sebab apakah engkau tidak memandang kepadaku?”
Beliau menjawab, “Karena aku tidak mengenalmu.”
Laki-laki itu bertanya, “Bagaimana engkau tidak mengenaliku, sedang aku adalah salah satu dari umatmu?
( alasan laki-laki tersebut bertanya kepada Nabi, karena ia meyakini pendapat para ulama yang meriwayatkan bahwa: "Sesungguhnya engkau lebih mengenali umatmu dibanding seorang ibu mengenali anaknya?”
Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam- menjawab, “Mereka (Para Ulama) benar, tetapi engkau tidak pernah mengingat aku dengan shalawat. Padahal kenalku dengan umatku adalah menurut kadar bacaan shalawat mereka kepadaku"
Terbangunlah laki-laki itu dan ia pun me-nazar-kan dirinya untuk bershalawat kepada Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam-, setiap hari sebanyak 100 kali. Dia selalu melakukan itu, hingga dia melihat Rasululah -shollallohu 'alaihi wa sallam- lagi dalam mimpinya.
Dalam mimpinya tersebut Rasulullah-shollallohu 'alaihi wa sallam- bersabda :
“Sekarang aku mengenalmu dan akan memberi syafa’at kepadamu".
Hal itu terjadi karena orang tersebut telah menjadi orang yang cinta kepada Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam- dengan memperbanyak shalawat kepada beliau…
Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah SAW. bersabda:
“Orang yang pantas berada di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang memperbanyak shalawat atasku.” (HR. Tirmidzi).
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, juga mengatakan bahwa sesungguhnya berlipatgandanya pahala shalawat atas Nabi Saw. adalah karena shalawat itu bukan hanya mengandung satu kebaikan saja, melainkan mengandung banyak kebaikan, sebab di dalamnya tercakup :
Pembaharuan iman kepada Allah swt.
Pembaharuan iman kepada Rasul.
Pengagungan terhadap Rasul.
Dengan inayah Allah, memohon kemuliaan baginya.
Pembaharuan iman kepada Hari Akhir dan berbagai kemuliaan.
Dzikrullah.
Menyebut orang-orang yang shalih.
Menampakkan kasih sayang kepada mereka.
Bersungguh-sungguh dan tadharru’ dalam berdoa.
Pengakuan bahwa seluruh urusan itu berada dalam kekuasaan Allah
AL Habib Umar Bin Salim Al Hafidz Mendawuhkan : Seandainya kita tak mampu berlomba dengan orang - orang sholeh dalam hal kebaikannya, mari kita berlomba dengan para pendosa dalam Bersholawat kepada Rosulullaah SAW.
YAA SAYYIDII YAA ROSULULLAAH
Imam Al-Ghazali meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang lupa membaca shalawat kepada Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam-.
Lalu pada suatu malam ia bermimpi melihat Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam- yang tidak mau menoleh kepadanya, ia pun lalu bertanya; “Ya Rasulallah, apakah engkau marah kepadaku?” Beliau menjawab, “Tidak.”
Dia pun bertanya lagi, “Lalu sebab apakah engkau tidak memandang kepadaku?”
Beliau menjawab, “Karena aku tidak mengenalmu.”
Laki-laki itu bertanya, “Bagaimana engkau tidak mengenaliku, sedang aku adalah salah satu dari umatmu?
( alasan laki-laki tersebut bertanya kepada Nabi, karena ia meyakini pendapat para ulama yang meriwayatkan bahwa: "Sesungguhnya engkau lebih mengenali umatmu dibanding seorang ibu mengenali anaknya?”
Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam- menjawab, “Mereka (Para Ulama) benar, tetapi engkau tidak pernah mengingat aku dengan shalawat. Padahal kenalku dengan umatku adalah menurut kadar bacaan g mereka kepadaku"
Terbangunlah laki-laki itu dan ia pun me-nazar-kan dirinya untuk bershalawat kepada Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam-, setiap hari sebanyak 100 kali. Dia selalu melakukan itu, hingga dia melihat Rasululah -shollallohu 'alaihi wa sallam- lagi dalam mimpinya.
Dalam mimpinya tersebut Rasulullah-shollallohu 'alaihi wa sallam- bersabda :
“Sekarang aku mengenalmu dan akan memberi syafa’at kepadamu".
Hal itu terjadi karena orang tersebut telah menjadi orang yang cinta kepada Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam- dengan memperbanyak shalawat kepada beliau Nabi Muhammad -shollallohu 'alaihi wa sallam-
Qola Rosulullooh SAW :
" (Tingkat kedekatan) kenal ku dengan umatku adalah menurut kadar bacaan shalawat mereka kepadaku "
Pernah pada saat Nabi Muhammad saw. mi’raj bersama Jibril, beliau melihat seorang malaikat yang memiliki seribu sayap dan setiap sayap terdiri dari seribu tangan dan setiap tangan memiliki seribu jari. Nabi saw bertanya kepada Jibril: “Wahai Jibril, apa tugas malaikat itu?” Jibril menjawab: “Malaikat itu bertugas menghitung setiap tetes air yang turun dari langit dari zaman Nabi Adam as. sampai hari kiamat“. Kemudian Nabi saw. menemui malaikat tersebut dan memujinya karena sangat tepat menghitung tetesan air hujan dan sangat teliti dalam menghitungnya. Kemudian malaikat itu berkata kepada Nabi saw. bahwa memang tugasnya menghitung tetesan air hujan tapi masih ada yang tidak bisa dia hitung. Nabi saw. bertanya kepada malaikat tersebut tentang apa yang tidak bisa dihitungnya. Malaikat itu menjawab: “Aku tidak bisa menghitung pahala orang yang bersolawat kepada mu dan keluargamu”
Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah SAW. bersabda:
“Orang yang pantas berada di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang memperbanyak shalawat atasku.” (HR. Tirmidzi).
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, juga mengatakan bahwa sesungguhnya berlipatgandanya pahala shalawat atas Nabi Saw. adalah karena shalawat itu bukan hanya mengandung satu kebaikan saja, melainkan mengandung banyak kebaikan, sebab di dalamnya tercakup :
Pembaharuan iman kepada Allah swt.
Pembaharuan iman kepada Rasul.
Pengagungan terhadap Rasul.
Dengan inayah Allah, memohon kemuliaan baginya.
Pembaharuan iman kepada Hari Akhir dan berbagai kemuliaan.
Dzikrullah.
Menyebut orang-orang yang shalih.
Menampakkan kasih sayang kepada mereka.
Bersungguh-sungguh dan tadharru’ dalam berdoa.
Pengakuan bahwa seluruh urusan itu berada dalam kekuasaan Allah.
Waulohu a'lam Bis_showab
shalawat Maktsurah ialah Sholawat yg di ajarkan langsung oleh Rosululloh Saw. Shalawat tersebut tidak diberikan nama. Kemudian untuk membedakan antara shalawat maktsurah yang satu dengan lainnya, para ulama memberikan nama yang disesuaikan dengan kata-kata atau makna yang terkandung didalamnya.
Nama-nama shalawat MAKTSURAH yang diberikan oleh para ulama, antara lain shalawat Ibrahimiyah, shalawat Umm dan lain sebagainya.
1. Shalawat Ibrahmiyah.
Nama Ibrahimiyah diambil karena didalam redaksi shalawat tersebut terdapat penjelasan bahwa shalawat Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya, (paling tidak) setara dengan pemberian shalawat dan kesejahteraan-Nya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim As dan keluarganya.
Shalawat Ibrahimiyah – sebagaimana kesepakatan para ulama - merupakan penjelas utama dan pokok tentang makna, maksud dan tujuan shalawat yang diperintahkan oleh Allah Swt dalam ayat 56 surat al-Ahzaab. Artinya bentuk shalawat (berkah dan salam) Allah Swt yang dicurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, (paling tidak) seluas dan sebanyak shalawat-Nya yang dicurahkan kepada Nabi Ibrahim As beserta keturunannya. Sebab kepada Rasulullah Saw, Allah Swt senantiasa bershalawat, sedangkan kepada Nabi Ibrahim As, Allah Swt bershalawat hanya saat itu saja. Dengan demikian, jika terdapat susunan shalawat ( صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: Allah telah bershalawat dan bersalam kepadanya [Nabi Muhammad] atau dengan redaksi lain, yang tanpa disertai redaksi كَمَاصَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ : sebagaimana Engkau (Allah) bershalawat kepada Nabi Ibrahim), maknanya tetap terkandung bahwa shalawat yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang diberikan kepada Nabi Ibrahim As beserta keluarganya.
Redaksi shalawat Ibrahimiyah yang diajarkan oleh Rasulullah Saw tidaklah hanya satu redaksi saja, akan tetapi banyak macam-macam redaksi. Dan jika dipahami secara sekilas macam-macam redaksi tersebut, tampak hampir berlainan kandungan maknanya. Namun, para ulama mengatakan; bahwa perbedaan tersebut bersifat bahasa saja bukan pada esensi makna. Karena antara shalawat Ibrahimiyah yang satu dengan lainnya, sifatnya sebagai penjelas makna kepada redaksi shalawat MAKTSURAH secara umumnya. Dan pula hukum pengamalan shalawat ibrahimiyah yang satu dengan shalawat ibrahimiyah lainnya adalah sama. Artinya secara umum, tidak ada yang lebih utama diantara beberapa macam shalawat ibrahimiyah tersebut, maupun redaksi shalawat maktsurah lainnya.
Bermacam-macam redaksi shalawat Ibrahimiyah yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. Misalnya, antara lain :
a) Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata : Kami bertanya : Wahai Rasulullah, bagaimana cara bershalawat kepadamu ?. Beliau Saw menjawab : Katakanlah:
أَللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمَّد وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمَّد كَمَاصَلَّيْتَ عَلَى إبْرَهِيْمَ وَعَلَى أَلِ إبْرَهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَالسَلاَمُ كَمَاقَدْ عَلِمْتُمْ.
Ya Allah sampaikan shalawat-Mu kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, dan berkahilah Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau bershalawat kepada keluarga Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Sedangkan salam (kepada-Ku) kamu semua telah mengetahuinya. [32]
Redaksi shalawat diatas terdari dari :
- Penyempurnaan pemberian shalawat dengan pemberian barakah.
- disertai pujian kepada Allah Swt (إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ = Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia).[33]
- penyataraan shalawat yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang diterima oleh Nabi Ibrahim As dan keluarganya.
Rasulullah Saw menjelaskan tentang keberadaan dan kadudukannya ditengah-tengah kehidupan ummat manusia. Penambahan dan penjelasan keberadaannya oleh Rasulullah Saw sendiri, dapat memberikan pemahaman tujuan shalawat. Yakni sebagai jalan untuk memahami keagungan serta kemulyaan kedudukan Rasulullah Saw. Dan karenanya, memberikan inspirasi kepada para ulama untuk mengulas dan menambah sifat-sifat lain (seperti al-Hadi/ pembawa hidayah, as-Syafi’/ penolong ummat, al-Mushtafa/ terpilih, al-Habib/ paling dikasihi Allah Swt, al-Jami’/ pengumpul ummat, dan sifat lainnya) yang dimiliki oleh Rasulullah Saw,
Didalam kitab al-Ghunyah-nya Syeh Abdul Qadir Jailani Ra, dalam juz I pada “kitab haji” bab 8, diterangkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : Barang siapa yang mengucapkan shalawat (ainul wujud) : [46].
اللهمَّ صلِّ على رُوحِ مُحَمَّدِ فِي الأرْوَاحِ وَعَلى جَسَدِ مُحَمَّدٍ فِي الأجْسَادِ وَعَلَى نُورِ .... إلخ
Dan dalam hadis hadis dengan redaksi lain, diceritakan bahwa Rasulullah Saw bersabda : [47] Barang siapa membaca shalawat :
اللهمَّ صلِّ على رُوحِ مُحَمَّدِ فِي الأرْوَاحِ وَعَلى جَسَدِ مُحَمَّدٍ فِي الأجْسَادِ وَعَلَى نُورِ مُحَمَّدٍ فِي الأَنْوَار....., رَأَنِي فِي مَنَامِهِ وَرَأَنِي يَومَ القِيَامَةِ, وَمَنْ رَأَنِي يَومَ القِيَامَةِ شَفَّعْتُ لَهُ وَمَنْ شَفَّعْتُ لَهُ شَرِبَ مِنْ حَوضِي وَحَرَمَ اللهُ جَسَدَهُ فِي النَارِ.
akan melihat aku dalam tidurnya dan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang melihat aku dihari kiamat, maka Aku akan memberikan syafaat kepadanya. Dan barang siapa yang Aku mensyafaatinya, maka ia akan minum telagaku dan Allah mengharamkan jasadnya dalam neraka.
AL Habib Umar Bin Salim Al Hafidz Mendawuhkan : Seandainya kita tak mampu berlomba dengan orang - orang sholeh dalam hal kebaikannya, mari kita berlomba dengan para pendosa dalam Bersholawat kepada Rosulullaah SAW.
YAA SAYYIDII YAA ROSULULLAAH
Imam Al-Ghazali meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang lupa membaca shalawat kepada Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam-.
Lalu pada suatu malam ia bermimpi melihat Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam- yang tidak mau menoleh kepadanya, ia pun lalu bertanya; “Ya Rasulallah, apakah engkau marah kepadaku?” Beliau menjawab, “Tidak.”
Dia pun bertanya lagi, “Lalu sebab apakah engkau tidak memandang kepadaku?”
Beliau menjawab, “Karena aku tidak mengenalmu.”
Laki-laki itu bertanya, “Bagaimana engkau tidak mengenaliku, sedang aku adalah salah satu dari umatmu?
( alasan laki-laki tersebut bertanya kepada Nabi, karena ia meyakini pendapat para ulama yang meriwayatkan bahwa: "Sesungguhnya engkau lebih mengenali umatmu dibanding seorang ibu mengenali anaknya?”
Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam- menjawab, “Mereka (Para Ulama) benar, tetapi engkau tidak pernah mengingat aku dengan shalawat. Padahal kenalku dengan umatku adalah menurut kadar bacaan shalawat mereka kepadaku"
Terbangunlah laki-laki itu dan ia pun me-nazar-kan dirinya untuk bershalawat kepada Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam-, setiap hari sebanyak 100 kali. Dia selalu melakukan itu, hingga dia melihat Rasululah -shollallohu 'alaihi wa sallam- lagi dalam mimpinya.
Dalam mimpinya tersebut Rasulullah-shollallohu 'alaihi wa sallam- bersabda :
“Sekarang aku mengenalmu dan akan memberi syafa’at kepadamu".
Hal itu terjadi karena orang tersebut telah menjadi orang yang cinta kepada Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam- dengan memperbanyak shalawat kepada beliau…
Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah SAW. bersabda:
“Orang yang pantas berada di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang memperbanyak shalawat atasku.” (HR. Tirmidzi).
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, juga mengatakan bahwa sesungguhnya berlipatgandanya pahala shalawat atas Nabi Saw. adalah karena shalawat itu bukan hanya mengandung satu kebaikan saja, melainkan mengandung banyak kebaikan, sebab di dalamnya tercakup :
Pembaharuan iman kepada Allah swt.
Pembaharuan iman kepada Rasul.
Pengagungan terhadap Rasul.
Dengan inayah Allah, memohon kemuliaan baginya.
Pembaharuan iman kepada Hari Akhir dan berbagai kemuliaan.
Dzikrullah.
Menyebut orang-orang yang shalih.
Menampakkan kasih sayang kepada mereka.
Bersungguh-sungguh dan tadharru’ dalam berdoa.
Pengakuan bahwa seluruh urusan itu berada dalam kekuasaan Allah
AL Habib Umar Bin Salim Al Hafidz Mendawuhkan : Seandainya kita tak mampu berlomba dengan orang - orang sholeh dalam hal kebaikannya, mari kita berlomba dengan para pendosa dalam Bersholawat kepada Rosulullaah SAW.
YAA SAYYIDII YAA ROSULULLAAH
Imam Al-Ghazali meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang lupa membaca shalawat kepada Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam-.
Lalu pada suatu malam ia bermimpi melihat Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam- yang tidak mau menoleh kepadanya, ia pun lalu bertanya; “Ya Rasulallah, apakah engkau marah kepadaku?” Beliau menjawab, “Tidak.”
Dia pun bertanya lagi, “Lalu sebab apakah engkau tidak memandang kepadaku?”
Beliau menjawab, “Karena aku tidak mengenalmu.”
Laki-laki itu bertanya, “Bagaimana engkau tidak mengenaliku, sedang aku adalah salah satu dari umatmu?
( alasan laki-laki tersebut bertanya kepada Nabi, karena ia meyakini pendapat para ulama yang meriwayatkan bahwa: "Sesungguhnya engkau lebih mengenali umatmu dibanding seorang ibu mengenali anaknya?”
Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam- menjawab, “Mereka (Para Ulama) benar, tetapi engkau tidak pernah mengingat aku dengan shalawat. Padahal kenalku dengan umatku adalah menurut kadar bacaan g mereka kepadaku"
Terbangunlah laki-laki itu dan ia pun me-nazar-kan dirinya untuk bershalawat kepada Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam-, setiap hari sebanyak 100 kali. Dia selalu melakukan itu, hingga dia melihat Rasululah -shollallohu 'alaihi wa sallam- lagi dalam mimpinya.
Dalam mimpinya tersebut Rasulullah-shollallohu 'alaihi wa sallam- bersabda :
“Sekarang aku mengenalmu dan akan memberi syafa’at kepadamu".
Hal itu terjadi karena orang tersebut telah menjadi orang yang cinta kepada Rasulullah -shollallohu 'alaihi wa sallam- dengan memperbanyak shalawat kepada beliau Nabi Muhammad -shollallohu 'alaihi wa sallam-
Qola Rosulullooh SAW :
" (Tingkat kedekatan) kenal ku dengan umatku adalah menurut kadar bacaan shalawat mereka kepadaku "
Pernah pada saat Nabi Muhammad saw. mi’raj bersama Jibril, beliau melihat seorang malaikat yang memiliki seribu sayap dan setiap sayap terdiri dari seribu tangan dan setiap tangan memiliki seribu jari. Nabi saw bertanya kepada Jibril: “Wahai Jibril, apa tugas malaikat itu?” Jibril menjawab: “Malaikat itu bertugas menghitung setiap tetes air yang turun dari langit dari zaman Nabi Adam as. sampai hari kiamat“. Kemudian Nabi saw. menemui malaikat tersebut dan memujinya karena sangat tepat menghitung tetesan air hujan dan sangat teliti dalam menghitungnya. Kemudian malaikat itu berkata kepada Nabi saw. bahwa memang tugasnya menghitung tetesan air hujan tapi masih ada yang tidak bisa dia hitung. Nabi saw. bertanya kepada malaikat tersebut tentang apa yang tidak bisa dihitungnya. Malaikat itu menjawab: “Aku tidak bisa menghitung pahala orang yang bersolawat kepada mu dan keluargamu”
Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah SAW. bersabda:
“Orang yang pantas berada di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang memperbanyak shalawat atasku.” (HR. Tirmidzi).
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, juga mengatakan bahwa sesungguhnya berlipatgandanya pahala shalawat atas Nabi Saw. adalah karena shalawat itu bukan hanya mengandung satu kebaikan saja, melainkan mengandung banyak kebaikan, sebab di dalamnya tercakup :
Pembaharuan iman kepada Allah swt.
Pembaharuan iman kepada Rasul.
Pengagungan terhadap Rasul.
Dengan inayah Allah, memohon kemuliaan baginya.
Pembaharuan iman kepada Hari Akhir dan berbagai kemuliaan.
Dzikrullah.
Menyebut orang-orang yang shalih.
Menampakkan kasih sayang kepada mereka.
Bersungguh-sungguh dan tadharru’ dalam berdoa.
Pengakuan bahwa seluruh urusan itu berada dalam kekuasaan Allah.
Waulohu a'lam Bis_showab
Komentar
Posting Komentar